Judul : Terbakar
Karya :
Korrie Layun Rampan
Cerpen Terbakar karya Korrie Layun Rampan
ini mengisahkan tentang tempat yang dianggap oleh masyarakat sekitar angker,
yang bernama Bentas Babay. Nama itu adalah sebuah sungai terusan yang dibangun
oleh seorang pedagan bernama Babay, dengan dalih ingin memperpendek jarak ke
tempat dia berdagang. Pada suatu ketika, rekan yang membantu Babay bekerja
membuat terusan sungai, seorang peladang bernama Mongkur menemukan istrinya
tengah berselingkuh dengan pendayung perahu milik Babay. Kejadian itu berujung
pada pembunuhan pendayung perahu Babay dan ditangkapnya Mongkur hingga ia
sendiri dipenjara.
Dari kejadian tersebut, selanjutnya muncul
banyak sekali kejadian-kejadian aneh dan menakutkan terjadi di daerah sekitar
Bentas Babay. Mulai dari suara-suara yang tidak dikenal asal-usulnya, penemuan
ular raksasa sebesar pohon, hingga seseorang yang mati karena tercebur dari
tebing yang terletak di daerah Bentas tersebut dan mati dimangsa buaya.
Singkat cerita, dari cerita-cerita tersebut
menjadi sebuah kutukan yang tidak terbantahkan. Meskipun di daerah Bentas Babay
sangat kaya akan kayu-kayu yang berasal dari pohon yang berkualitas, sehingga
banyak perusahaan-perusahaan penebangan hutan mendirikan pabrik mereka di sana.
Korrie secara tersirat menyindir generasi
dan keadaan masyarakat Indonesia ‘pasca-reformasi’ dengan menggunakan istilah
‘keterbukaan yang kebablasan’. Era kebebasan dalam berkehendak, berpikir dan
berkarya telah menjadikan sebuah masalah tersendiri berupa mulai banyak
munculnya praktik korupsi, ekspansi terhadap kebebasan rakyat-rakyat kecil. Dan
bahkan Korrie juga mengaitkan tentang isu-isu stabilitas nasional dan dunia
pada waktu itu, seperti GAM, serangan teroris di Iraq dan sebagainya.
Korrie Layun Rampan sebagai penulis cerpen
ini, bermaksud untuk menyampaikan pesan : bahwa keterbukaan dan kebebasan
individu yang tercipta ‘pasca-reformasi’ tidak membuat bangsa menjadi lebih
baik, namun malah menimbulkan masalah-masalah baru yang begitu kompleks.
Dikisahkan di akhir cerita, bahwa perusahaan penebangan hutan itu terbakar
setelah sebuah pesawat milik pemerintah jatuh di hutan milik perusahaan
tersebut dan membakar seluruh pohon-pohon yang ada di daerah tersebut, hingga
merambat ke pemukiman-pemukiman warga yang baru di bangun di sekitar Bentas Babay.
Ini merupakan sebuah bentuk penggambaran dilema fenomena yang terjadi di negeri
ini, bahwa masalah demi masalah timbul setelah adanya ‘kebebasan yang
kebablasan’, yang lahir setelah reformasi. Sebuah sindiran tersendiri kepada
moralitas bangsa yang semakin hari malah semakin turun.
Bisa jadi, ketika kita mengaitkan lagi
tentang fenomena sekarang yang lagi marak diperbincangkan, yaitu kebakaran
hutan yang menimbulkan asap tebal di sejumlah daerah di Sumatera dan
Kalimantan, ada kemungkinan bahwa sebab-musabab dari masalah yang terjadi saat
ini, adalah karena ulah dari bangsa kita sendiri.
Resensator:
Kumba P. Dewa
Penulis adalah mahasiwa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Brawijaya. Saat ini ia aktif berproses sebagai anggota di LPM Perspektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar