Kamis, 01 Oktober 2015

Editorial: Sejarah Panjang Cap "Ekstra"



Berbeda rezim, berbeda sejarah. Organisasi mahasiswa mengalami masa yang tidak selalu damai. Setelah berjuang di masa-masa kemerdekaan, Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) di rezim orde baru telah membatasi ruang gerak mahasiswa. Setidaknya, depolitisasi membuat organisasi mahasiswa yang telah mapan menjaga stabilitas kampus dan negara saat itu diharuskan berproses diluar kampus de-ngan cap “ekstra”.  Karena turut sertanya pemikiran organisasi mahasiswa dalam ruang politik dan telah bergesernya makna politik itu sendiri membuat organisasi mahasiswa ekstra ini mendapat stigma negatif dan sensitifitas berlebih. Seolah lingkungan dibentuk dengan sengaja untuk menilai hasil, bukan proses. Apa yang nampak, ketika satu terlihat buruk maka semua dianggap buruk.


Buktinya hingga rezim saat ini, organisasi mahasiswa ekstra pun mendapat penguatan dari SK Dirjen Dikti Kemendikbud No. 2 th. 2002 untuk berproses dengan tidak melakukan sosialisasi dan pendirian sekretariat dalam kampus. Penguatan-penguatan ini muncul karena memang hasrat anti kritik dan berkuasa atas dominasi dimiliki oleh manusia secara lahiriah. 


Pada akhirnya pun seseorang akan tetap memilih nyaman seperti apa yang diinginkan. Hitam dan putih, haram dan halal itu jelas, maka jelaskanlah apa yang semestinya. Hidup Mahasiswa, Hidup Rakyat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar