Berbeda rezim, berbeda sejarah. Organisasi mahasiswa mengalami
masa yang tidak selalu damai. Setelah berjuang di masa-masa kemerdekaan,
Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) di rezim
orde baru telah membatasi ruang gerak mahasiswa. Setidaknya, depolitisasi
membuat organisasi mahasiswa yang telah mapan menjaga stabilitas kampus dan negara
saat itu diharuskan berproses diluar kampus de-ngan cap “ekstra”. Karena turut sertanya pemikiran organisasi
mahasiswa dalam ruang politik dan telah bergesernya makna politik itu sendiri
membuat organisasi mahasiswa ekstra ini mendapat stigma negatif dan
sensitifitas berlebih. Seolah lingkungan dibentuk dengan sengaja untuk menilai
hasil, bukan proses. Apa yang nampak, ketika satu terlihat buruk maka semua
dianggap buruk.
Buktinya
hingga rezim saat ini, organisasi mahasiswa ekstra pun mendapat penguatan dari
SK Dirjen Dikti Kemendikbud No. 2 th. 2002 untuk berproses dengan tidak
melakukan sosialisasi dan pendirian sekretariat dalam kampus.
Penguatan-penguatan ini muncul karena memang hasrat anti kritik dan berkuasa
atas dominasi dimiliki oleh manusia secara lahiriah.
Pada akhirnya
pun seseorang akan tetap memilih nyaman seperti apa yang diinginkan. Hitam dan
putih, haram dan halal itu jelas, maka jelaskanlah apa yang semestinya. Hidup
Mahasiswa, Hidup Rakyat Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar