Malang, PERSPEKTIF - “Hal seperti ini yang saya
tunggu-tunggu, ngumpul di warung kopi, rindu masa-masa jadi mahasiswa”, tutur
Lukman Hakim, dosen Ilmu Pemerintahan pada diskusi dan pemutaran film Semen vs
Samin yang bertempat di Kedai Tjangkir 13, Selasa (31/3). “Kalau tahu yang datang
sebanyak ini, saya seharusnya memakai baju kebesaran saya,” ungkap Lukman
disambut sorak sorai mahasiswa yang hadir dalam kegiatan tersebut.
Berbeda dengan Lukman
Hakim, Rachmad Gustomy, dosen kelahiran Tuban tersebut tak sungkan tampil nyentrik dihadapan
ratusan mahasiswanya dengan membacakan puisi dari W.S Rendra dan Wiji Thukul.
“Kalau tidak jadi dosen, rasanya saya cocok jadi penyair,” ujarnya sambil
mengenakan peci ala Bung Karno. Di sela pembacaan puisinya tesebut, tak lupa
Rachmad Gustomy membangkitkan kembali gerakan mahasiswa yang saat ini sudah
mulai tumpul. Ia juga berpendapat bahwa sekarang mahasiswa menjadi lebih tidak
peka terhadap isu-isu yang berkembang di masyarakat. “Gejala yang terjadi hari
ini, mahasiswa bingung mencari isu padahal permasalahan banyak di sekitar
kita,” tutur Dosen Alumnus UGM tersebut.
Pengelola Kedai Tjangkir
13, Aji Prasetyo yang hadir dalam diskusi dan pemutaran film ini juga memberikan
tanggapan bahwa ngopi sekarang identik dengan pembicaraan mengenai masalah
mereka sendiri dan sangat jarang yang membahas masalah orang lain terutama
rakyat kecil. Melalui diskusi yang diadakan di Kedai Tjangkir 13 ini, ia berharap bahwa kegiatan seperti diskusi dan gerakan-gerakan mahasiswa bisa tumbuh dan berkembang di Malang Raya. “Kedai ini didatangi oleh orang-orang yang luar biasa tiap
harinya, termasuk hari ini,” ujar komikus Kota Malang ini. (bay)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar