Oleh: Ragil Cahya
Maulana*
Kupinjam sepeda dari
Tuan,
buat numpang minum di
seberang
Kukayuh hati-hati,
pelan-pelan
sambil tengok
kiri-kanan
Alangkah indahnya
pemandangan
Ada makhluk segala
rupa,
dengan warnanya yang
memukau mata
Di sepanjang jalan,
kujumpa kerabat barang
satu-dua
dengan sepedanya
masing-masing,
semua tentu pinjaman
Tuan
Di antara mereka
ada yang ngebut
mengejar matahari,
ada pula yang terbirit
dikejar bayang sendiri
Banyak yang telah
melanglang buana
dan masih akan terus
berkelana,
tak sedikit juga yang
baru belajar mengayuh
sudah tak mampu melaju
lebih jauh
Semua hanya ingin mampir
di telaga,
‘tuk sekedar melepas
dahaga
Tapi ternyata telaga
dapat menjelma taman surga
yang diperebutkan demi
setetes kenikmatan
Padahal taman surga
hanyalah hayal semata,
bagai fatamorgana oase
di padang fana
Lalu samar-samar
kuingat kembali pesan Tuan:
Kumpulkan
bekal dan berbagilah,
hanya
untuk itu kau kupinjami sepeda
Kelak
sepeda itu harus kembali
Tak
peduli seberapa jauh kau mengayuh,
aku
bersembunyi di balik nadi.
Malang, 2014
Tentang Penulis:
*Ragil Cahya Maulana
Penulis
merupakan mahasiswa Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar