Malang,PERSPEKTIF – Mahasiswa yang tergabung dalam organisasi ekstra kampus
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) melakukan aksi pada Rabu sore (28/10)
menuntut tentang adanya perlakuan diskriminatif yang
mereka anggap rasis kepada salah satu mahasiswa. Perlakuan rasis tersebut dilakukan oleh seorang dosen jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB).
“Aksi kemarin sebenarnya
adalah aksi dimana kita sebagai mahasiswa menegakkan bagaimana seharusnya
contoh yang diberikan oleh dosen, yang seharusnya menjadi teladan bagi mahasiswanya,” jelas Choirul Furqon wakil ketua rayon PMII.
Aksi ini dilakukan berawal dari adanya sharing yang dilakukan antar mahasiswa-mahasiswa di FISIP dari
berbagai jurusan, yang menimbulkan inisiatif dari PMII untuk melakukan aksi
terkait isu diskriminatif dan rasis yang dilakukan oleh dosen FISIP.
“Dari sharing,
saya kan sering berkumpul dengan
mahasiswa Ilmu Politik, Ilmu
Pemerintahan, Sosiologi, dan yang lain-lain. Nah,
ternyata dari mahasiswa Ilmu Politik saat itu ada yang mengadvokasi tindakan
diskriminasi Suku, Agama, Ras, dan
Antargolongan (SARA) tersebut,” tutur mahasiswa Hubungan Internasional
tersebut.
“Nah di situ yang
menjadi korban sedang melakukan sharing. saat itu juga saya mendengarkan cerita yang sama dari beberapa mahasiswa lain yang ada di kelas tersebut,” tambah
Choirul.
“Maaf sebelumnya, saya meminta maaf terhadap dosen yang
bersangkutan. Ini ada salah satu dosen yang dari
Program Studi Politik sendiri, di sana jelas-jelas
melakukan sebuah tindakan yang tidak patut dicontoh oleh mahasiswa atau kaum
terpelajar kita. Beliau
(dosen Ilmu Politik, red.) telah
melakukan diskriminasi ras, lebih spesifiknya adalah
dalam bidang agama. Padahal kita tahu bahwa agama adalah isu yang sensitif untuk di sentil sedikit,” tutur Choirul.
“Dalam sebuah perkuliahan mata kuliah, beliau itu mengkritik
menggunakan bahasa satir. Seperti contoh maaf “Sampeyan agama Kristen, bau anda kok seperti
kambing”. Nah, dari pertanyaan agama itu dan disangkutkan dengan kepribadian
mahasiswa tersebut diibaratkan seperti kambing,” ungkap Choirul ketika ditanya
bagaimana kejadian perlakuan diskriminatif yang terjadi.
Mengenai isu ini, ketika awak Perspektif menemui dosen Ilmu Politik yang yang dimaksudkan dalam aksi yang dilakukan PMII. Amin, dosen Ilmu Politik tersebut menganggap aksi
hari Rabu tersebut salah alamat jika ditujukkan kepada nya.
“Saya rasa mereka bukan menuntut kepada saya begitu. Sumber mereka demo itu
bukan karena saya sebetulnya. Anggapan mereka itu ada satu, dua
orang. Keluhan
tentang rasis itu bukan ke saya,” sangkal Amin, dosen Ilmu Politik yang dimaksudkan dalam aksi tentang tindakan diskriminatif dan SARA kepada mahasiswanya.
Amin mengungkapkan bahwa tuduhan yang mengarah kepadanya tentang
diskriminasi dan tindakan SARA
sebenarnya bukan yang pertama kalinya. Amin mengakui sebelumnya juga pernah dianggap melakukan tindakan
diskriminatif dan SARA.
“Mungkin saya juga pernah dikatakan diskriminatif.
Sebelumnya ada beberapa mahasiswa Kristen yang mungkin mereka merasa kurang
suka kepada saya. Mereka sebenarnya menuntut porsi,” ungkap dosen yang mengajar Teori Politik tersebut.
Menurut Amin aksi tersebut muncul karena ada salah persepsi saja.
“Jadi, kesalahan mereka itu adalah dalam mereka menanggapi, memahami
itu keliru, Sebenarnya mereka mencoba mengungkapkan rasa ketidakpuasan. Mereka
itu ingin semau-mau mereka. Setahu saya, saya masih under control,” tutup Amin. (ank/anw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar