Rabu, 23 September 2015

Seni Dalam Kehidupan


Dengan dibisikkan kalimat setelah tabuhan bedug
sebuah nada kehidupan mengalun lirih
seirama dengan detak jantung
kemudian membentuk sebuah meodi yang merdu….

Dengan memori ingat yang masih kosong dan suci
kaligrafi kehidupan mulai terlukis,
dihiasi dengan khat Naskih, Tsulus dan Diwani,
begitu indah dipandang mata….

Kadang kala gendering bertabuh dahsyat!
menandakan sang dalang tengah menguji mereka
:para wayang

Namun,
selalu ada keajaiban bagai sulap dan sihir.
membantu atau justru menyesatkan,
hanyalah hati yang menentukan….

Seringkali terdiam bagai patung,
tanpa gerak dan suara sedikit pun
kaku, gagu dan membisu
menggambarkan kebingungan diri….
Dengan cat penuh warna dan berbagai makna
mimik wajah di balik topeng tak terlihat….

Ya, dunia memang penuh debu dusta
membuat lupa pada dentang lonceng
penanda akhir dari segalanya….

Sketsa hidup pun telah tersusun rapi
dengan tambahan properti pelengkap kisah,
tanpa ada rasa kekurangan sedikit pun
lantas dipoles dengan make-up dan pelitur


Kemudian,

dengan diiringi suara tabuhan kasidah rebana dari tape bertenaga baterai
kembali jemari sang dalang menari di atas kaligrafi kehidupan
memulai dan mengakhiri segalanya
tanpa perintah dari siapapun….

Seperti alunan music rege  yang santai
ada awalan, reff dan penghabisan
begitu pula dengan hidup ini
tak selalu indah namun sudah pasti akan berakhir....



Tentang Penulis:
* Daisy Wu / Daisy Wulandari
            Penulis adalah mahasiswi jurusan Pendidikan  (Tarbiyah) Program Studi Bahasa Inggris di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Parepare.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar