Kamis, 07 Mei 2015

Tuntut Tindakan Represif Dekanat FIA, Sejumlah Mahasiswa Gelar Aksi

AKSI - puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Demokrasi menuntut pihak dekanat FIA UB atas tindakan represif terhadap LPM DIANNS di depan Rektorat, Rabu (6/5) siang.
Malang, PERSPEKTIF – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Demokrasi (AMPD) melakukan aksi di depan rektorat universitas Brawijaya, Rabu (6/5). Mereka memberikan tiga tuntutan kepada rektorat terkait pembubaran diskusi film “Samin Vs Semen” dan “Alkinemonkiye” oleh dekanat Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya Jumat (1/5) lalu.
Tuntutan pertama, mereka menolak evaluasi akademik yang diberikan oleh pihak dekanat FIA kepada pengurus Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) DIANNS. Kedua, mereka menuntut untuk terjaminnya demokrasi di dalam kampus. Jaminan demokrasi berupa kebebasan pers sesuai dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 1990 dan kebebasan berpendapat yang dijamin oleh Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28. Ketiga, mereka menuntut pihak dekanat FIA untuk meminta maaf secara terbuka atas pembubaran paksa film diskusi film “Samin Vs Semen” dan “Alkinemonkiye” yang dianggap tidak memiliki izin dari dekanat FIA padahal panitia telah mengantongi izin dari rektorat.
AMPD memulai aksi long march dari gazebo Fakultas Kedokteran mengelilingi kampus dan berakhir di depan rektorat. Mereka sempat berhenti di depan gedung FIA untuk berorasi dan membacakan puisi serta melakukan proses tabur bunga. Mereka kemudian melanjutkan aksi hingga ke depan rektorat UB. Mereka juga berorasi dan menabur bunga tujuh rupa di serambi rektorat.
“Sesuai dengan koordinasi kemarin, kawan-kawan akan bertahan sampai jam lima,” ujar Nanda Pratama, Korlap AMPD ketika ditanya berapa lama aksi ini akan dilakukan. “Kita upayakan setiap jam bertambah,” imbuhnya.
Mahasiswa FISIP tersebut menambahkan bahwa pihaknya sudah menghubungi beberapa mahasiwa dari himpunan mahasiswa Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan untuk bergabung secara resmi dalam aksi tersebut. Dia berharap dengan bergabungnya beberapa mahasiswa tersebut, sikap diam mahasiswa FIA melihat perjuangan mahasiswa non-FIA akan tergugah untuk mengikuti aksi tuntutan itu.
Namun setelah menunggu cukup lama dan  pihak rektorat tidak memberikan respon, AMPD bergerak menuju FIA sekitar pukul 14.00 WIB. Mereka melalukan orasi di depan gedung FIA. Diharapkan dengan kepindahan lokasi orasi tersebut, tuntutan mereka dapat ditanggapi secepatnya. “Prinsip demokrasi adalah prinsip yang terpenting untuk menjamin kehidupan berbangsa dan bernegara lebih maju. Ketika ini dicederai oleh pihak kampus maka pihak kampus sebenarnya harus membayar mahal terhadap pelanggaran yang dilakukan,” lanjut Nano menunjukkan keseriusannya untuk mendesak pihak rektorat UB maupun pihak dekanat FIA agar memenuhi tuntutan.

Sementara itu, di FIA sendiri evaluasi akademik kepada mahasiswa pengurus LPM DIANNS tetap berlangsung. Seperti yang dilansir dari livetweet  LPM DIANNS, mereka dipanggil secara berkelompok masing-masing 4 orang sesuai urutan yang dibuat oleh otoritas pihak birokrat kampus. Pertemuan tersebut di pisahkan antara ruang pertemuan orang tua dan mahasiswa. Di dalam ruangan, terdapat 2 orang dosen dari Dewan Etis. Dewan Etis merupakan bentukan dekanat yg berfungsi sebagai media komunikasi antara LPM DIANNS dan pihak dekanat. Disamping itu Dewan Etis juga bertugas mengkonfirmasi kasus ini dari kedua belah pihak. Hingga berita ini diturunkan, belum ada tindak lanjut dari pihak rektorat maupun dekanat FIA untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. (rzd/aw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar