Terombang-ambing mungkin kata
yang tepat untuk menggambarkan status Universitas Brawijaya di Kediri (UB Kampus
IV). Mulai dari dihentikannya penerimaan mahasiswa baru tahun ajaran 2014,
migrasi mahasiswa UB kampus IV ke kampus Malang, hingga sengketa lahan yang tak
berujung.
Pemerintah Kota Kediri (Pemkot)
dan Pemerintah Kabupaten Kediri (Pemkab) saling berebut brand UB. Sampai pemberitaan di media massa surut, belum ada yang
mau mengalah hingga saat ini. Sementara mereka yang membuat kebijakan
bersengketa, mahasiswa UB kampus IV yang tersisa masih memiliki harapan. Mereka
memilih tetap bertahan di Kediri walaupun dengan fasilitas yang kalah jauh
dibanding dengan kampus Malang. Faktor ekonomi menjadi salah satu dari sekian
banyak faktor yang tidak memungkinkan mereka untuk pindah ke kampus Malang.
Dengan segala keterbatasan yang
ada di UB kampus IV, mahasiswa di sana masih memiliki harapan agar perkuliahan
di Kediri tetap berlanjut. Sebagian dari mereka juga berjuang agar legalitas UB
kampus IV bisa didapatkan, walaupun harus pulang pergi Malang-Kediri untuk
menuntutnya. Lain lagi dengan mahasiswa yang pindah ke kampus Malang. Mereka
senang bisa merasakan fasilitas yang seharusnya mereka dapatkan sejak beberapa
semester lalu.
Diantara mereka yang bersengketa,
mereka yang berjuang, dan mereka yang tersisa, pihak rektorat UB hanyalah
menunggu dan melihat saja polemik yang berkelanjutan dari para pengambil
kebijakan. Hingga hari ini pun, UB kampus IV masih terombang-ambing dalam
polemik yang belum berujung. Di buang sayang, di lanjutkan bermasalah. Ketegasan
pihak UB sejatinya diperlukan dalam polemik UB kampus IV ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar