Oleh:
Verdy
Firmantoro*
Seru sekali tatkala miniatur kancah
perpolitikan tergelar dalam panggung perhelatan akbar pemilihan kandidat “Presiden dan Dewan Kampus”. Layaknya aktor politik kawakan yang tak gentar
dengan kesungguhan taktik dan strategi yang digunakan. Mahasiswa yang notabene
sebagai sang intelek kini jadi sasaran konstituen, ketika tergerak untuk menuju
tangga kekuasaan.
Hembusan harapan lewat janji
berbalut visi misi terus digaungkan. Baliho besar-besaran khas dengan senyuman
menawan demi menarik simpatisan. Timbul pertanyaan, komandan seperti apa yang
menjadi idaman ketika jabatan dipangku dan diemban?
Namun sayangnya jiwa kritis yang
sarat semangat idealis kini mulai terkikis. Idealisme luntur di tengah
menjamurnya upaya politik praktis di ranah akademis. Harapan besar dunia kampus
sebagai sarang pembelajar yang melahirkan tokoh-tokoh intelektual penuh wawasan
kini mulai memudar.
Politik kampus seharusnya menjadi
wahana politik sehat yang menyajikan etika dan kesantunan. Sayangnya
nilai-nilai luhur itu justru tak diperhatikan. Agen perubahan yang diharapkan
justru lalai di tengah pusaran kepentingan golongan.
Seolah tak ada bedanya suguhan
praktik kontestasi ala kampus. Alhasil resistensi terhadap dunia politik
semakin menguat. Apatisme di kalangan mahasiswa pun juga tak terhindarkan.
Mereka tak lagi percaya dan bahkan tidak mau campur tangan dalam urusan-urusan
politik apapun.
Mengembalikan jati diri mahasiswa
dalam ruh pergerakan yang sebenarnya tentu sangat penting. Mahasiswa menjadi
cikal bakal lahirnya pemimpin-pemimpin negeri ini. Pemimpin-pemimpin negeri
yang mempunyai kredibilitas, integritas, wawasan yang luas dan menjunjung
tinggi nilai-nilai etika.
Mahasiswa untuk menjadi seorang
pemimpin perlu menanamkan prinsip “smara
bhumi adi manggala” bahwa pemimpin menjadi pelopor dan pemersatu yang
berdiri di atas kaki lintas golongan. Sebab, sejatinya pemimpin bukanlah milik
golongan tertentu, tapi pemimpin menjadi wadah semua golongan dengan akumulasi
aspirasi di dalamnya.
Kemuliaan politik perlu diwujudkan
dengan semangat kepedulian dan kesadaran. Kontestasi para intelektual dalam
politik kampus tentu dapat menjadi rule
model bagaimana melakukan praktik politik yang bersih dan unggul.
Pemimpin masa depan Indonesia akan
muncul dan lahir dari para intelektual muda dengan karya keteladanan yang
dimilikinya. Sehingga tidak hanya menggaungkan budaya demonstrasi tetapi
mahasiswa kini justru menjunjung tinggi budaya demo kreasi. Mahasiswa akan
tampil di medan gagasan untuk menghadapi tantangan global dengan nilai luhur
peradaban.
*)Mahasiswa Ilmu
Komunikasi 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar