Malang,
PERSPEKTIF – Kebijakan baru Dekanat
FISIP terkait pemberlakuan dosen pembina dan tim evaluasi Lembaga Kedaulatan
Mahasiswa (LKM) FISIP dinilai terkesan memaksa. Padahal, hampir seluruh LKM
menolak kebijakan itu. Presiden BEM FISIP, Mohammad
Faisal Akbar, membenarkan.
Menurutnya, kebijakan dekanat tersebut tidak rasional
untuk diterapkan di tataran kemahasiswaan. Ditambahkan, kebijakan itu
menimbulkan pergolakan di tubuh LKM, mengingat sebentar lagi para LKM ini bakal
menempati sekretariat baru yang terletak di belakang Gedung FISIP.
Perlu diketahui, selama ini sejumlah LKM, khususnya
Lembaga Semi Otonom (LSO), masih menumpang di sekretariat yang terletak di
Gedung Kuliah Bersama (GKB) UB. Sementara, jumlah sekretariat baru yang ada di
belakang Gedung FISIP UB tidak cukup untuk mewadahi seluruh LKM.
Mohammad Faisal Akbar
menyebut, dekanat memiliki momen tepat di tengah ‘perebutan’ sekretariat, untuk
menerapkan kebijakan. “Kemarin itu ibaratnya
secara paksa kita disuruh menyepakati, soalnya
teman-teman LKM mengira, itu momentum
untuk mendapatkan sekretariat. Padahal, kebijakan
itu dari segi rasionalisasi pun masih susah diterima,” ungkap pria berkacamata itu.
Oleh karenanya, Ijal, sapaan akrab mahasiswa ini,
beranggapan, untuk menentukan LKM yang berhak menempati sekretariat, maka
dekanat memilih mengadakan evaluasi dengan membentuk tim evaluasi. Pada
gilirannya, LKM yang dinilai buruk bakal ‘dimatikan’ oleh dekanat.
Hal senada diungkapkan Ketua DPM FISIP, Febri Galuh Pratama. Ia membenarkan, tujuan
diadakannya evaluasi ini salah satunya adalah untuk penempatan LSO di gedung
sekretariat baru. “Penempatan sekretariat ini berdasarkan hasil audit, jadi kepemilikan sekretariat tidak selamanya, bisa berubah kapanpun,”
jelasnya.
Selain itu, ia mengatakan, munculnya kebijakan ini dikarenakan
peran BEM FISIP yang tidak mampu menjembatani LKM dengan dekanat. “LSO itu
kan seharusnya di bawah naungan BEM. Tetapi BEM-nya tidak bisa
mengkoordinasikan dengan baik sehingga PD 3 bersama dengan DPM dan Kementrian
Dalam Negeri BEM, bersama mencoba melakukan
audit LKM. Jadi misalkan ada yang kurang
atau apa kan bisa ketahuan,” urai Febri, sapaan akrabnya. (dew/idp/mca)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar