Malang, PERSPEKTIF – Tiga minggu
pasca penempelan Papan Aspirasi (9/5), suara masyarakat FISIP kian ramai ditandai
dengan penuhnya coretan keluhan. Keluhan-keluhan banyak tertuju pada sarana-prasana,
akademik, hingga slentingan terkait dosen dan jajaran dekanat. Demetrius Widi, Kordinator
Komisi Advokasi DPM FISIP UB 2014 mengatakan, papan aspirasi ini merupakan jawaban
atas visi calon DPM kemarin yakni, ”Advokasi jemput bola”. Artinya, DPM kali
ini akan terus mengawal semua aspirasi sekaligus melanjutkan papan aspirasi DPM
periode sebelumnya yang dinilai kurang menarik.
Tujuan
Papan Aspirasi DPM kali ini mewadahi keraguan dan kebingunan mahasiswa dalam
menyuarakan setiap wacana. Penempatan papan aspirasi disudut gedung Prof. Yugi
Sugito ini bukan tanpa alasan, melainkan karena kini gedung tersebut menjadi
pusat perkuliahan. ”Stimulus pertama adalah desain menarik agar masyarakat FISIP
tertarik,” ujar Widi. Penggunaan aspirasi ini dibuat terbuka agar masyarakat
FISIP berani menulis. ”Bahkan kata-kata kasar yang tak bertanggungjawab pun
menggambarkan keadaan FISIP saat ini,” tambah Mahasiswa Psikologi 2012 ini.
DPM
mengakui bahwa tidak semua keluhan terjawab, seperti terkait masalah dosen
ataupun dekanat. ”Itu diluar tanggung jawab DPM,” tegas pria kelahiran Ambon
ini. Tetapi DPM mencoba mengembalikan permasalahan tersebut ke himpunan tiap
jurusan untuk sosialisasi terkait permasalah dosen. ”Juga nanti rencananya akan
ada hearing Advo Sinergi akhir bulan
ini,” lanjut Widi.
Muhammad Fadlullah Surbakti, ketua LKM
BARIS mengatakan, penggunaan papan aspirasi dapat mengukur antusias mahasiswa
dalam membangun FISIP. Tetapi yang disayangkan adalah papan aspirasi terlalu
kecil. ”Tapi saya apresiasi kerja DPM, semua butuh waktu dan proses,” lanjut
pria yang sering disapa Edo ini.
Dengan pertimbangan banyaknya tulisan
tak bertanggungjawab, Edo menilai bahwa kordinasi pihak DPM kurang kondusif. ”Sosialisasinya
juga kurang meluas, kan bisa lewat media atau poster.” Keluh Mahasiswa HI 2012
ini. Minimnya papan aspirasi pun diragukan mampu menampung suara mahasiswa
sebanyak FISIP. ”Sebenarnya dua papan cukup, klo banyak malah mengurangi esensi
dari papan aspirasi.” Tambah Edo. (mrs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar