Selasa, 01 September 2015

Ungguli Jumlah Maba Universitas di Jawa Timur, Janjikan Perbaikan Fasilitas

Malang, PERSPEKTIF – Reza Adi Pratama, presiden Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya (EM UB) mengungkapkan bahwa Universitas Brawijaya menerima 13.387 mahasiswa baru tahun 2015. Sebanyak 12.452 merupakan mahasiswa S1 dan 935 mahasiswa diploma. Jumlah ini baru dipaparkan saat konfrensi pers pengenalan kehidupan kampus mahasiswa universitas (PKKMU). Mahasiswa baru tersebut diperoleh dari berbagai jalur masuk, diantaranya adalah jalur SNMPTN, SBMPTN, dan SPMK. Jumlah pendaftar tersebut diperkirakan mengalami kenaikan sekitar 10% dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) lain di Jawa Timur memiliki kuota yang sangat jauh berbeda dengan UB. PTN di Surabaya seperti Universitas Airlangga dan Institut Teknologi Sepuluh November hanya menerima mahasiswa baru masing-masing sekitar 5.215 dan 3.245 mahasiswa. Jika dibandingkan dengan PTN di Malang, jumlah mahasiswa baru UB sangat mencolok, Univeritas Negeri Malang (UM) hanya menerima 6.303 mahasiswa dan Univesitas Islam Negeri Malang sebanyak 3.434.

Berdasarkan data di atas, Universitas Brawijaya merupakan universitas penerima mahasiswa terbanyak di wilayah Jawa Timur. Padahal UB sudah merencanakan untuk mengurangi kuota mahasiswa baru seperti yang dinyatakan oleh Pembantu Rektor I UB, Bambang Suharto yang dirilis oleh laman prasetya.ub.ac.id (23/1) bahwa UB akan mengurangi kuota mahasiswa baru sebanyak 10-15%.

Menurut Gusti Ayuning, mahasiswa baru UB Jurusan Gizi, tidak menjadi masalah UB menerima banyak mahasiswa baru, karena hal tersebut dapat membuka peluang yang besar bagi para calon mahasiswa yang ingin menjadi mahasiswa UB sendiri.

Sebaliknya R. Ipik Veradiba, mahasiswi Hubungan Internasional angkatan 2014 juga mengungkapkan jika kuota penerimaan mahasiswa baru yang banyak tidak menjadi masalah asalkan diimbangi dengan fasilitas yang memadai seperti lahan parkir dan jumlah kelas. Menurutnya lebih baik kuota penerimaan maba dikurangi mengingat selama ini perkuliahan kurang efektif karena jumlah mahasiswa yang terlalu banyak dalam satu kelas.

“Saat ini proses pembangunan gedung sedang berjalan. Pembangunan gedung-gedung baru diarahkan kesana (untuk mengatasi masalah di atas .red). Beberapa fakultas sudah memiliki gedung baru. Jadi kita sudah mempunyai penataan-penataan ruangan dan proyeksi ke depannya. Kita tidak hanya menambah kuota tanpa memberikan infrastruktur,” ungkap Anang mengenai upaya dilakukan UB untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. (aw/ank)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar