Malang, PERSPEKTIF - Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, bekerja sama
dengan Pelangi Sastra Malang menyelenggarakan acara Sarasehan Sastra yang
dilaksanakan pada Sabtu, (26/9) bertempat di Kafe Pustaka Perpustakaan Pusat
Universitas Negeri Malang (UM). Dalam acara kali ini, hadir Raudal Tanjung
Banua, peraih penghargaan puisi terbaik Sih Award dari Jurnal Puisi. Turut juga
mengisi acara diskusi, Djoko Saryono, Kepala Perpustakaan Pusat Universitas
Negeri Malang.
Acara diskusi yang dimulai
sekitar pukul 14.00 WIB ini, bertema Meneroka Sastra Indonesia Terkini. Dalam
kesempatannya, Raudal menyampaikan bahwa warisan sastra Indonesia dari
pendahulu, tak lantas berhenti dan menghilang begitu saja. Ia mengungkapkan
bahwa perkembangan sastra Indonesia, berasal dari warisan sastra terdahulu,
kemudian berkembang menjadi berbagai macam karya sastra sebagai akibat dari
perngembangan ide dan kreativitas, menjadi kategori-kategori yang berbeda.
Sehingga, karya sastra Indonesia sekarang tidak terbatas pada konsep warisan
sastra terdahulu.
“Sejauh ini, tidak ada lagi
batas-batas antar karya, namun sudah melebur menjadi satu menjadi
kategori-kategori baru dalam karya sastra,” ungkap pria kelahiran Sumatera
Barat tersebut.
Di lain sisi, Djoko Saryono
mencoba untuk mengkritisi terhadap fenomena karya-karya sastra modern yang
sekarang sedang menjamur di kalangan masyarakat. Beliau menanggapi fenomena
tersebut bahwa masyarakat Indonesia kini tengah berada dalam sebuah situasi,
dimana gravitasi norma, aturan, etika dan doktrin sedang tergusur. Salah
satunya adalah dalam hal sastra. Beliau menganalogikan apa yang kita hadapi
sekarang adalah sebagai sebuah ‘Tsunami
karya sastra’. Sehingga, mengaburkan aspek-aspek penting dari karya sastra itu
sendiri.
“Yang namanya tsunami, apapun selalu bercampur menjadi
satu. Antara air bening, air keruh dan kotoran, semua menjadi satu. Begitulah
yang kita hadapi sekarang, yaitu sebuah gelombang tsunami karya sastra,”
pungkasnya. (kmb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar