Senin, 13 Oktober 2014

Boikot Jalan 9 Jam, MT. Panjaitan Kembali 2 Arah


Boikot - Massa dari berbegai elemen memenuhi badan jalan di kawasan MT. Panjaitan 


Malang, PERSPEKTIF – Aksi boikot jalan (13/10) oleh warga Penanggungan yang didukung oleh elemen mahasiswa yang tergabung dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Warga kelurahan Penanggungan yang terdiri dari 8 RW dan 46 RT menolak kebijakan satu arah yang ditetapkan Pemerintah Kota Malang.


Aksi yang dimulai pukul 9.00 WIB tersebut menuai kemacetan dari Jalan MT. Haryono hingga Jalan Gajayana. Massa membubarkan diri tepat pukul 18.25 WIB, ketika ada usulan yang mereka terima dari Wahyu Setianto, Kepala Dinas Perhubungan Kota Malang. Usulan yang diterima yakni kembalinya 2 arah dengan tempo 12 jam.

“Tapi ini keputusan sepihak, sementara kita terima dulu,” jelas Fauzan Indra Saputra, Lurah Penanggungan. 

Fauzan mengatakan bahwa Penanggungan adalah satu-satunya kelurahan yang tidak memiliki RT dan RW. Kekurangan ini tidak mencegah warga untuk tetap menyuarakan tuntutan ke pemerintah kota.

Aksi ini merupakan salah satu bentuk kekecewaan warga terkait upaya dialog pada Desember tahun lalu. Habiburrahman, Ketua Cabang PMII kota Malang mengatakan, Pemkot sering hilang dan tidak ada progress mengenai upaya dialog.

“Bagi kami, suara adalah yang paling damai,” jelas Mahasiswa asal Lamongan ini.

Habiburrahman menambahkan, aksi blokir jalan ini adalah dalam rangka agar Pemkot mendengar keluhan warga Betek. Kebijakan satu arah dinilai sebagai kajian rekayasa transportasi massal yang tidak selesai.

“Jelas tidak relevan ketika konsep pembangunan, tidak melibatkan pihak ketiga, yakni warga,” tegas Habiburrahman.

“Saya tekankan, dalam konteks melawan tirani walikota, kita akan bersuara demi ketidakadilan trhadap warga penanggungan,” tegas Fauzan ketika mengakhiri massa aksi.

M. Rizal Dwi Kuncoro, Korlap Aksi HMI, mengatakan bahwa aksi ini merupakan salah satu bentuk kepedulian terhadap masyarakat. Mahasiswa Fakultas Hukum UB tersebut menegaskan bahwa massa akan kembali menyuarakan tuntutan.

“Kita mundur bukan berarti kalah, tapi untuk melangkah ke aksi berikutnya”, pungkas mahasiswa asal Sumenep ini ketika membubarkan massa. (mrs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar