Oleh: Faizal
Ad Daraquthny*
“Kampus hanya dikenal
sebagai tempat menimba ilmu. Disamping itu sebenarnya kampus membentuk
kepribadian apa yang dibentuk oleh kampus itu sendiri,” kata Yustika Citra
Mahendra, dosen Hubungan Internasional (HI) FISIP UB.
Ospek atau Pengenalan Kehidupan Kampus
Mahasiswa Baru (PKK-Maba) FISIP UB tahun ini memang berbeda dari tahun
sebelumnya antara lain, waktu yang lebih
singkat, tugas-tugas yang dibuat lebih simple,
hingga sempat tersiar kabar ditiadakannya Pengabdian Masyarakat (Pengmas).
Panitia Dosen maupun mahasiswa juga turut
bergerak cepat dalam menjalankan perannya masing-masing. Mereka telah menyusun
rangkaian acara dan materi yang tepat untuk diberikan kepada para ksatria muda FISIP dengan
berbagai pertimbangan. Salah satu materi yang diberikan pada hari pertama PKK-Maba
FISIP adalah pendidikan Etika dan Karakter yang diisi oleh jajaran dosen dan
juga panitia dosen yang terlibat dalam rangkaian acara ospek FISIP.
Materi ini memang sangat
penting diberikan kepada maba mengingat mahasiswa yang berkualias tidak hanya
dilihat dari tingginya Indeks Prestasi (IP) yang mereka dimiliki melainkan juga
etika dan karakter yang baik. Banyak orang yang sangat pintar dalam hal pendidikan, namun
terlihat lumpuh saat menjadi bagian dari
masyarakat karena tidak memiliki etika yang baik dalam bersosialisasi.
Namun kita juga perlu
memahami, bahwa karakter dan etika yang dimiliki seseorang, bukanlah hal yang
terjadi dalam dalam tempo singkat. Perlu ada tindakan-tindakan berkelanjutan
yang nyata dilakukan. Beruntung FISIP menyadari pentingnya hal itu. Selain
diberi materi etika dan karakteristik, baru-baru ini FISIP juga memasang
berbagai banner dan spanduk yang
menampilkan berbagi etika yang wajib dan selayaknya dipatuhi oleh seruh civitas
FISIP.
Berbicara tentang etika
dan karakter yang dimiliki oleh mahasiswa, baru-baru ini terjadi peristawa yang
cukup mengemparkan dunia maya. Seorang mahasiswi pasca sarjana UGM mengeluhkan
pelayanan salah satu SPBU di Yogyakarta serta mengeluarkan kata-kata yang tak
pantas dalam akun Path miliknya. Beberapa masyarakat Jogja pun tersinggung dan
sempat berdemo di kampus UGM untuk mengusir mahasiswi tersebut dari Jogja.
Mereka menilai kata-kata yang dikeluarkan mahasiswi tersebut dalam media
sosialnya melecehkan warga Jogja secara umum dan dinilai tak beretika.
Peristiwa tersebut
patutnya dapat kita jadikan pelajaran betapa pentingnya etika dan karakter
seseorang dalam kehidupan sosial. Kita tidak hanya dapat mengandalkan
kepandaian semata tapi juga tingkah laku yang mulia. Apakah materi yang
diberikan ini dapat sesuai dengan keluaran yang diharapkan ? Kita tunggu saja
hasilnya.
*Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi 2013, staf Perspektif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar