Malang, PERSPEKTIF
–
Turunnya akreditasi UB dari A menjadi B mendapat respon dari beberapa pihak. Dalam
UU 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi, akreditasi didefinisikan sebagai kegiatan
penilaian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan standar
nasional pendidikan tinggi.
Atas turunnya akreditasi ini, Yudie Wiro Eko
Setyawan selaku Pelayanan Umum Pusat Jaminan Mutu UB menyayangkan kelalaian
yang menyebabkan turunnya nilai akreditasi. “Ada beberapa poin yang tidak
dimasukan oleh Accesor sehingga skor
kita menjadi kurang untuk mendapatkan A,” ungkap Yudie saat berhasil ditemui Perspektif (10/3).
Yudie, sapaan akrabnya, khawatir mahasiswa lulusan UB
yang nantinya akan memasuki persaingan dunia kerja. Hal ini dikarenakan hampir
seluruh perusahaan telah membuat kebijakan mewajibkan pelamar menyertakan
ijazah Perguruan Tinggi terakreditasi, bahkan beberapa mewajibkan syarat
pelamar berasal dari universitas dengan akreditasi A.
Sebut saja beberapa perusahaan-perusahaan
multinasional dan beberapa perusahaan bonafit dalam negeri, seperti halnya
perusahaan BUMN PT. Kereta Api Indonesia—KAI (Persero) dan PT. Askes (BPJS),
yang hingga akhir tahun kemarin masih terus mencantumkan syarat pelamar
merupakan lulusan S1 PTN/PTS terakreditasi A, atau minimal B untuk PTN/PTS
swasta. Seperti yang dilansir dalam situs http://jobelist.com/bumn/lowongan-kerja-bumn-pt-kereta-api-desember-2013/,
berikut ini.
M. Rizky Kurniawan, salah satu mahasiswa yang akan
memasuki dunia kerja ini menyayangkan turunnya Akreditasi UB. “Sebenarnya
selain berdampak pada lulusan, akreditasi yang turun juga akan berdampak pada
jumlah minat calon mahasiswa baru yang akan melanjutkan studinya ke sini,” kata
Rizky, yang juga merupakan mantan Presiden EM UB 2013 ini. “Akreditasi ini
dianggap sebagai salah satu penilaian calon Mahasiswa baru memilih Perguruan
Tinggi,” imbuhnya.
Lain halnya dengan tanggapan Ajib Shahrian Noor,
mahasiswa jurusan Hubungan Internasional UB 2010, yang mengaku tak masalah
dengan adanya penurunan akreditasi UB saat ini. “Dengan turunnya akreditasi ini
kita bisa mengambil dampak positif biar pihak kampus bisa nge-rem banyaknya
mahasiswa yang masuk. Dan kalau akreditasi jadi B, pastinya bakal ada perubahan
dari rektor yang baru untuk memperbaikinya. Kita tunggu saja,” ujar mahasiswa
yang juga berprofesi sebagai seorang penyiar radio ini.
Disinggung mengenai dampak bagi status akreditasi
saat kelulusannya nanti, Ajib menjawab santai, “Dunia kerja nggak melulu melihat seberapa tinggi IPK
kita atau akreditasinya. Salah satu perusahaan besar dunia malah
memperhitungkan IPK di urutan belasan dibandingan skill sebagai yang utama,” ungkapnya. “Kalau memang sekarang akreditasi
UB turun, malah itu sebagai pecutan untuk kita mengembalikannya lagi. Yang
penting adalah gimana caranya aku lulus dan siap kerja di luar sana, percuma
dong kalau akreditasi A, tapi hanya lulusan S1 nanggung,” pungkasnya.(idp/lis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar